PUISI CAHAYA BULAN ( Soe Hok Gie)

on Selasa, 23 Februari 2010

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih
Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap
Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagaikan letusan berapi
Membangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

Jenuh

on Senin, 22 Februari 2010

Hari yg saya jalani akhir2 ini sangan menjenuhkan, tidak ada yang berkesan, yang ada ocehan dan omelan dari pengajar2 saya dan teman2 saya, rasa ingin lari dari masalah terus membuntuti saya, tidak tahu apakah lari merupakan hal yang baik ,tapi untuk sementara, atau malah membuat semuanya menjadi lebih buruk. selama satu minggu terakhir ini saya sangat kesal dengan semuanya, mulai dari hari dan jam kuliah saya dan para pengajar2 saya, ocehan yang saya dengar di telinga saya bagaikan tembakan peluru yang tiada henti, seperti perang dunia, jadi kalau di analogikan, saat saya kuliah = saya mengikuti perang dunia, ada beberapa orang yang berkata kalau anda senang mengikuti dan mempelajari suatu hal maka anda akan cepat mengerti apa yang diajarkan, tapi bagaimana mungkin saya bisa mengikuti pelajaran tersebut, jikalau sang pengajar terus menembakkan pelurunya kearah saya tanpa henti,

saya rasa di tempat saya menuntut ilmu ini saya dituntut untuk menjadi individu yang lebih kuat , dan para pengajar serta lingkungan saya juga terus mengasah saya untuk menjadi individu tersebut.